Forum Kemisan 2022 #1

posted in: AKTIVITAS, Kajian, Kemisan | 0

Konservasi Harimau di Indonesia: Kita Bisa Berperan Apa? – Forum Kemisan #1

Utrecht – PPI Utrecht Periode 2021/2022 telah melaksanakan Forum Kemisan episode pertama pada 27 Agustus 2022 Pukul 19.00 CET. Pematerian pada Kemisan #1 ini diisi oleh Febri Anggriawan Widodo dari WWF Indonesia yang juga menjadi mahasiswa Student Exchange Erasmus+ Awardee pada program International Development Studies, Utrecht University dan berasal dari Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.

Masalah Kepunahan Harimau Indonesia

Materi dibuka oleh pembahasan mengenai “Selayang Pandang tentang Harimau”. Terdapat 9 jenis Harimau di dunia yaitu Panthera tigris ssp. altaica, Panthera tigris ssp. corbetti, Panthera tigris ssp. balica, Panthera tigris ssp. sondaica, Panthera tigris ssp. virgata, Panthera tigris ssp. amoyensis, Panthera tigris ssp. jacksonal, dan Panthera tigris ssp. sumatrae, dimana tiga jenis Harimau sudah punah termasuk dua diantaranya yang ada di Indonesia berdasarkan statement Internasional yaitu Panthera tigris ssp. sundaica (yang dikenal dengan Harimau Jawa) dan Panthera tigris ssp. balica (yang dikenal dengan Harimau Bali) dan tersisa satu jenis Harimau di Indonesia yaitu Panthera tigris ssp. sumatrae (Harimau Sumatera).

Sayangnya, Harimau Sumatera kini dalam status “Critically Endangered” yang artinya satu tahap menuju punah di alam. Sehingga, intervensi yang tepat wajib segera dilakukan. Jika kita menarik garis panjang untuk melihat sejarah, Harimau sebenarnya tersebar sampai ke jazirah Arab, India, China, Korea, bahkan Rusia, hingga Asia Tenggara. Namun tekanan oleh aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab terbesar yang menyebabkan semakin menyusutnya habitat Harimau.

Kalkulasi terakhir oleh WWF pada 2016 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan 3890 ekor Harimau liar di dunia, walaupun data yang diperkirakan ini hanya Harimau liar saja. Empat negara dengan populasi Harimau terbesar adalah India, Rusia, Indonesia, dan Malaysia. Sebagai upaya konservasi Harimau, Indonesia menciptakan 18 lanskap prioritas, beberapa diantaranya terletak di Kering Seblat, Bukit Tigapuluh, Bukit Balai Rejang Selatan, Kuala Kamar Kerumutan, Bukit Barisan Selatan, Bukit Rimbang Baling. WWF Indonesia sendiri memiliki 5 fokus prioritas wilayah konservasi Harimau Sumatera yaitu Bukit Tigapuluh, Batanghari, Rimbang Baling – Bukit Betabuh, Bukit Barisan Selatan, dan Samarkilang.

Berbagai fakta di tingkat global, regional, nasional, dan lokal baik menunjukkan bahwa upaya konservasi Harimau merupakan hal yang mendesak. Pada tingkat global, Tiger Summit in Vladivostok, Rusia (2010) telah dilaksanakan oleh negara-negara yang memiliki populasi Harimau dengan kesepakatan umum yaitu melipatgandakan populasi Harimau hingga 2022. Dibuat juga “Global Tiger Day” yang ditetapkan pada 29 Juli.

Kebijakan Perlindungan Harimau

Beberapa upaya aplikatif untuk mengontrol populasi Harimau juga dibuat seperti CATS (Conservation Assured Tiger Standards) yang berisi standar-standar internasional dalam upaya konservasi. Indonesia juga mengacu berbagai peraturan global untuk mengadopsinya menjadi peraturan lokal. Strategi Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera, Panduan Pemantauan Populasi Harimau Sumatera, Atlas Harimau Sumatera, dan Pedoman Penanggulangan Konflik Manusia-Harimau adalah beberapa contoh dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Dokumen paling baru yang dikeluarkan adalah Strategi dan rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera Tahun 2018-2028. Secara umum, dalam dokumen terbaru ini fokus konservasi yang akan dilakukan di Indonesia oleh Pemerintah Republik Indonesia, WWF Indonesia, dan berbagai pihak terkait adalah pada lima wilayah konservasi yang telah ditetapkan dengan alasan utama perbaikan manajemen/pengelola dan upaya kampanye pada tingkat nasional dan lokal – seperti upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai konservasi Harimau.

Contoh Upaya Konservasi di Rimbang Baling, Sumatera

Berbagai upaya konservasi yang dilakukan diantaranya pemantauan Harimau dan satwa kunci lain termasuk habitatnya. Riset terus dilakukan sebagai pondasi untuk pengambilan keputusan yang tepat. Contohnya, penentuan lokasi konservasi prioritas Harimau Sumatera dilakukan berdasarkan modeling yang dibuat oleh tim untuk memastikan bahwa wilayah yang dipilih adalah wilayah yang memiliki populasi Harimau terbesar dan sangat penting untuk dijaga keberadaannya melalui berbagai upaya pengontrolan habitat. Terdapat juga beberapa intervensi global pada wilayah prioritas konservasi di Indonesia diantaranya Program Voluntourism – Volunteering and Tourism dimana turis mancanegara bisa berwisata sekaligus melakukan berbagai upaya konservasi.Kegiatan lainnya adalah SMART Patrols yaitu patroli berdasarkan kontrol software yang sebelumnya diteliti terlebih dahulu mengenai mana wilayah yang sekiranya rentan akan pemasangan jebakan untuk Harimau sehingga menghasilkan hasil yang akurat. Publik figur juga digandeng sebagai harapan dapat mempengaruhi audiensnya untuk sadar dan peduli akan konservasi. Contoh terakhir yang menjadi faktor terpenting adalah pelibatan masyarakat yang merupakan hal wajib dalam upaya konservasi. Konsep Tiga Tungku Tigo Sejarangan diterapkan. Konsep ini memiliki arti Nini Mamak (pemangku adat), Alim Ulama (tokoh agama setempat), dan Cerdik Cendikia (peneliti). Sehingga, peneliti tidak berperan sendiri melainkan mengakomodir aspirasi pemangku adat dan masyarakat kemudian bekerja sama dalam upaya konservasi.

Kontributor: Ratu Nabillah